Dalam beberapa tahun terakhir, hubungan antara Rusia dan China semakin erat, sementara ketegangan antara Amerika Serikat (AS). Dengan kedua negara tersebut terus memanas AS melihat aliansi sebagai ancaman strategis terhadap pengaruhnya di panggung global. Pertanyaannya, bisakah AS merayu Rusia untuk menjauh dari China? Untuk menjawab ini kita perlu menganalisis dinamika geopolitik. kepentingan nasional, serta strategi diplomasi AS.

Latar Belakang Hubungan Rusia-China
Rusia dan China telah memperdalam kerja sama mereka dalam berbagai bidang, mulai dari ekonomi, militer, hingga teknologi. Kedua negara sering kali bersatu dalam menentang dominasi AS di forum-forum internasional seperti PBB. Faktor-faktor yang memperkuat hubungan ini antara lain:
- Sanksi Barat terhadap z– Setelah aneksasi Krimea pada 2014, menghadapi sanksi ekonomi dari AS dan Eropa. China menjadi mitra dagang utama yang membantu Rusia bertahan.
- Perang Dagang AS-China – Ketegangan antara AS dan China mendorong Beijing untuk mencari sekutu kuat, dan adalah pilihan strategis.
- Kesamaan Visi Geopolitik – Kedua negara ingin menciptakan dunia multipolar yang mengurangi dominasi AS.
Dengan hubungan yang sudah sedemikian kuat, apakah AS memiliki peluang untuk memisahkan keduanya?
Strategi AS untuk Mendekati Rusia
AS memiliki beberapa opsi untuk mencoba menarik menjauh dari China, meskipun tantangannya sangat besar. Beberapa pendekatan yang mungkin dilakukan antara lain:
1. Penawaran Ekonomi yang Menggiurkan
Rusia saat ini sangat bergantung pada China dalam hal perdagangan dan investasi. Jika AS menawarkan insentif ekonomi—seperti pencabutan sanksi selektif, kemudahan investasi, atau akses ke teknologi tinggi mungkin akan mempertimbangkan untuk tidak terlalu bergantung pada China.
Namun, masalahnya adalah kepercayaan Rusia terhadap AS sangat rendah. Moskow masih mengingat bagaimana NATO terus meluas ke Eropa Timur, yang dianggap sebagai ancaman. Selain itu, AS tidak mungkin mencabut semua sanksi tanpa konsesi politik besar dari.
2. Diplomasi melalui Isu-isu Strategis
AS bisa mencoba merayu Rusia dengan menawarkan kerja sama di bidang-bidang yang menjadi kepentingan bersama, seperti:
- Stabilitas Timur Tengah: AS sama-sama memiliki kepentingan di Suriah dan Iran.
- Pengendalian Senjata Nuklir: Kedua negara bisa memperbarui perjanjian pengurangan senjata strategis.
- Keamanan Siber: Kerja sama dalam memerangi cybercrime bisa menjadi pintu masuk diplomasi.
Jika AS menunjukkan sikap lebih lunak dalam isu-isu ini, mungkin akan mempertimbangkan untuk tidak sepenuhnya berpihak pada China.
3. Memanfaatkan Ketegangan Tersembunyi Rusia-China
Meskipun tampak solid, hubungan Rusia-China tidak sepenuhnya harmonis. Beberapa ketegangan tersembunyi antara kedua negara meliputi:
- Pengaruh di Asia Tengah: Tradisional mendominasi kawasan ini, tetapi China semakin agresif melalui proyek Belt and Road Initiative (BRI).
- Ketergantungan Ekonomi yang Tidak Seimbang: Ekspor Rusia ke China didominasi sumber daya alam, sementara China menguasai teknologi dan manufaktur.
- Sejarah Permusuhan: Kedua negara pernah berkonflik di masa lalu, seperti perang perbatasan 1969.
AS bisa memanfaatkan ketegangan ini dengan mendorong Rusia agar tidak terlalu bergantung pada China.
Tantangan Besar yang Dihadapi AS
Meskipun AS memiliki beberapa alat diplomasi, upaya memisahkan Rusia dari tidaklah mudah. Beberapa tantangan utama antara lain:
- Kepercayaan yang Rusak –Tidak mudah melupakan kebijakan AS yang dianggap bermusuhan, seperti ekspansi NATO dan dukungan AS terhadap Ukraina.
- Kepentingan Ekonomi Rusia-China – Perdagangan bilateral kedua negara mencapai lebih dari $200 miliar pada 2023. AS tidak bisa dengan mudah menggantikan peran China dalam perekonomian.
- Visi Geopolitik yang Sama – China sama-sama ingin melemahkan hegemoni AS. Selama AS tetap menjadi “musuh bersama”, aliansi mereka akan sulit diputus.
Kesimpulan: Mungkinkah Rusia Berpaling dari China?
Peluang AS untuk memisahkan Rusia dari China sangat kecil dalam jangka pendek. Namun, jika AS mampu menawarkan insentif ekonomi dan politik yang signifikan—serta mengurangi tekanan terhadap Moskow mungkin akan mempertimbangkan untuk tidak sepenuhnya bergantung pada Beijing.
Yang jelas, Rusia tidak akan serta-merta meninggalkan China hanya karena rayuan AS. Moskow akan selalu bertindak berdasarkan kepentingan nasionalnya. Jika AS serius ingin menarik , mereka harus bersedia memberikan konsesi nyata, bukan sekadar janji diplomatik.
Skenario terbaik bagi AS adalah melemahkan aliansi Rusia-China secara perlahan, bukan memutusnya secara drastis. Namun, dalam kondisi geopolitik saat ini, upaya tersebut tetap menjadi tantangan besar bagi Washington.
Baca Juga: G7 Desak Rusia Terima Gencatan Senjata





